Monday 26 January 2009

Sekilas Sejarah Bolaang Mongondow...



BOLAANG MONGONDOW MASA LALU

Dimasa lalu Bolaang Mongondow adalah suatu kerajaan. Kerajaan Bolaang mulai di kenal luas sejak Punu Mokodoludut di abad ke 14. Seorang putri Raja Mokodoludut yang bernama Ginsapondo dikenal sebagai perintis yang melakukan hubungan dengan orang-orang di Minahasa yang bermukim di pesisir pantai. Hubungan ini dilanjutkan oleh cucu Mokodoludut yang bernama Damopolii yang naik tahta menjadi raja pada tahun 1475. Disaat Damopolii menjadi raja ia ditakuti karena keperkasaan dan keberaniannya. Raja Damopolii menaklukkan kerajaan Babontehu yang terletak di Manado Tua dengan rajanya bernama Pasibori. Demikian pula dengan Maodan (kemudian berobah menjadi Manado) yang dikuasai oleh raja Loloda dari Halmahera yang bersama pengikutnya melarikan diri dari kampung halamannya akibat gempuran raja Ternate ditaklukkan oleh raja Damopolii. Sejak itu seluruh wilayah pantai yang terbentang dari Kaidipang sampai Kema (terletak di dekat Bitung) berada dibawah kekuasaan kerajaan Bolaang. Raja Damopolii yang juga dikenal dengan nama Kinalang dianggap sebagai pahlawan di kerajaan Bolaang.

Kekuasaan raja Damopolii dilanjutkan oleh anaknya Busisi yang menjadi raja di tahun 1510. Baik raja Busisi maupun anaknya Raja Makalalo yang naik tahta tahun 1540 tidak lagi dapat mengembangkan wilayah kekuasaan. Demikian juga dengan raja Mokodompit yang menggantikan ayahnya Makalalo. Anak raja Mokodompit yang bernama Tadohe diangkat menjadi raja pada tahun 1600. Bersama para Bogani dan rakyatnya, raja Tadohe membuat peraturan-peraturan mengenai kehidupan masyarakat.

Kalau sejak raja pertama Bolaang Mongondow membangun istana kerajaan (dalam bahasa daerah Mongondow disebut Komalig) diatas gunung Bumbungon, maka sejak tahun 1480 raja Damopolii membangun istananya di Kotobangon (sekarang terletak samping kiri jalan menuju bukit Ilongkow). Istana Raja (Komalig) yang terakhir ditempati raja Laurens Cornelis Manoppo dan istri Bai’ Taupang Mokoagow musnah terbakar saat Permesta tahun 1959. Dikemudian hari ( kurang diketahui disaat pemerintahan raja siapa) pusat kerajaan dipindahkan ke desa Bolaang. Bukti perpindahan ini dapat dilihat dengan adanya pekuburan raja-raja Bolaang Mongondow yang di atas satu bukit kecil di desa Bolaang (samping kiri jalan raya menuju Manado) tetapi ditahun 1901 pusat kerajaan dikembalikan lagi ke Kotobangon.

Raja Tahode diganti oleh anaknya bernama Mokoagow pada tahun 1650. Mokoagow menambah namanya dengan Loloda ( raja Manado yang ditaklukan Raja Damopolii ) sehingga menjadi Loloda Mokoagow. Raja Loloda Mokoagow biasa juga disebut dengan nama Datu Binangkang. Kata Binangkang berasal dari kata Mongondow binangkangan yang artinya diperdayai atau ditipu. Binangkangan itu terjadi saat VOC dari belanda telah memasuki Manado. Karena Manado dipandang strategis bagi usaha perdagangan VOC maka mereka segera mendirikan benteng dari kayu. Tetapi pada 30 Desember 1665 VOC memutuskan untuk mengganti benteng kayu dengan beton. Agar pekerjaan dilaksanakan sehemat mungkin maka tenaga diusahakan dari Manado melalui raja Loloda Mokoagow, sedangkan bahan lain seperti besi dan kapur disiapkan oleh kompeni Belanda. Orang-0rang Minahasa yang datang dari pedalaman dibawah para pemimpin masyarakat ( disebut Ukung ) juga diminta Raja Loloda Mokoagow untuk mengerjakan benteng ini. Pemimpin Kompeni yang baru yaitu Jan Baptista dalam melanjutkan pekerjaan benteng ini secara diam-diam mulai menyingkirkan peran Raja Loloda Mokoagow dengan cara melakukan pengaturan rahasia dengan para Ukung. Akibatnya Loloda Mokoagow menarik komitmennya untuk membantu pembangunan Benteng. Ia juga mengancam para Ukung dari Minahasa untuk tidak bekerja pada pembangunan ini. Raja Loloda Mokoagow merasa tersinggung karena dihina oleh kompeni meninggalkan Manado dan pindah menetap di Amurang. Sikap dan tindakan Raja Loloda Mokoagow ternyata mengakibatkan pudarnya sama sekali hegemoninya di kawasan Manado.
Pada pihak lain desakan dari Kompeni Belanda menyebabkan para pemimpin rakyat Minahasa melakukan pemutusan hubungan dibawah sumpah dengan Raja Loloda Mokoagow. Hal ini terjadi pada tahun 1668. Gubernur Ternate yang berkunjung ke Manado tahun itu juga mengundang Loloda Mokoagow dari Amurang ke Manado guna berunding dengan para Ukung. Niat baik Loloda Mokoagow saat memenuhi undangan tersebut ternyata ditolak pemimpin Kompeni di Manado bersama para pemimpin rakyat Minahasa dengan alasan bahwa mereka telah melakukan pemutusan hubungan dengan Raja Loloda Mokoagow. Akibatnya Loloda Mokoagow melakukan beberapa penyerangan ke pedalaman Minahasa dengan tujuan memberi pengajaran kepada mereka sambil tetap menuntut dikembalikannya Manado dalam wilayah kekuasaannya. Penyerangan ke Minahasa selain dilakukan dari jalur Amurang, juga dari jalur pantai Selatan Kotabunan. Tidak jauh dari Kotabunan terdapat satu tempat sumber air yang sangat jernih. Ditempat itu tentara Bolaang biasa beristirahat sambil mandi dan membersihkan segala perlengkapan. Tempat itu mereka beri nama Bataa ( tempat untuk mencuci perlengkapan ), kemudiannya berobah sebutan menjadi Basaan.
Raja Loloda Mokoagow meninggal pada tahun 1694. Sebenarnya raja Loloda Mokoagow telah mempersiapkan seorang anaknya untuk menggantikannya. Ternyata niat itu dilangkahi oleh Kompeni Belanda sebab mereka mendesak untuk menetapkan Manoppo sebagai raja Bolaang menggantikannya. Manoppo adalah anak Loloda Mokoagow dengan seorang selir bernama Malo dari Minahasa. Manoppo tidak dibesarkan diistana Raja di Amurang tetapi ia tinggal di Manado sebab dibawah oleh Kompeni. Hal ini ternyata mengandung maksud tertentu yaitu mempersiapkan Manoppo menggantikan ayahnya sebagai Raja Bolaang. Pimpinan Kompeni di Manado Pieter Alsteyn dan Stepanus Thierry menekan raja Manoppo untuk membuat perjanjian. Perjanjian itu ditanda tangani pada 30 September 1694 yang ketentuannya antara lain:

-

Raja Bolaang tidak akan menuntut upeti lagi dari walak-walak tertentu di Minahasa ( dalam hal ini Pasan, Ratahan, Ponosakan dan Tonsawang )

-

Sungai Poigar ditentukan sebagai tanda batas antara Bolaang dan Minahasa ( batas itu membentang dari Poigar - Pontak sampai Buyat )

-

Para Ukung di Manado ( termasuk Minahasa ) tidak dibenarkan mengadakan tindakan apapun yang dapat merugikan kepentingan Bolaang

Agaknya akibat dari penanda tanganan perjanjian ini menyebabkan raja Manoppo harus meninggalkan Amurang dan memilih desa Bolaang sebagai pusat kerajaan.
Manoppo yang telah lama tinggal di Manado telah dibabtis menjadi penganut agama Kristen Protestan. Dalam beberapa buku dan beberapa catatan lepas sering ditulis dan dijelaskan bahwa Manoppo dibabtis menurut cara Katolik. Hal itu tidak benar sebab ditahun pembabtisannya pengaruh Portugal maupun Spanyol telah lenyap sama sekali dari Sulawesi Utara. Spanyol yang sempat mempengaruhi Sulawesi Utara dengan tinggal dan membangun pasanggrahan di Amurang telah meninggalkan Sulawesi Utara pada tahun 1666 akibat tekanan tentara Kompeni dari VOC.
Disaat pembabtisannya Manoppo diberi tambahan nama Yakobus sehingga namanya menjadi Yakobus Manoppo. Demikianlah sejak saat itu raja Bolaang telah menganut agama Kristen Protestan.


Sumber: http://gmibm.tripod.com/new_page_12.htm

Sunday 25 January 2009

Rekreasi...murah meriah...!

Bakar Ikan di Asrama...
Berkutat dengan tugas, teori-teori dan segala tetek-bengeknya memang sangat melelahkan...pikiran dan tenaga sangat terkuras untuk myelesaikan tugas yang sangat menyita waktu. Dalam pikiran hanyalah bagaimana dapat melepaskan diri dari rutinitas yang membosankan. Pikiran yang suntuk ikut memberi andil pada temperamen tinggi...kadangkala sering membuat kita merasa sangat tertekan.

Solusinya...??? Yah...rekreasi donk! Hari gini cari rekreasi yang murah...meriah? Gak ada. Semua tempat rekreasi yang ada si Jawa Tengah khususnya Semarang so pasti untuk menikmatinya kita harus merogoh saku lebih dalam. Jalan keluar satu-satunya untuk mendapatkan rekreasi murah meriah adalah...bakar ikan di Asrama LPPU. Hehehe...biaya yang dikeluarkan terbilang sedikit sekedar untuk membeli ikan, bumbu-bumbu dan arang...itupun terkumpul dari sumbangan teman-teman di asrama. Mau lihat bagaimana suasana saat rekreasi murah meriah...nih...




















Wednesday 14 January 2009

Liburan di Tlatar...Boyolali

Liburan asyik...

Setelah sekian lama bergelut dengan buku-buku dan teori-teori serta tugas-tugas yang hampir tidak berperikemanusiaan...hik...hik....dan akhirnya....Libur 'tlah tiba...libur 'tlah tiba...horee...horee...horee. Pilihan lokasi untuk berlibur adalah tempat wisata di Tlatar, Boyolali. Perjalanan sekitar 2 jam dengan menggunakan Bus Asrama LPPU, kami akhirnya tiba di Tlatar.
Kesan pertama begitu menggoda...muaaantaaap...lokasinya bagus, dan fasilitasnya sangat lengkap.


Berdoa sebelum berangkat dan di dalam bus ketika perjalanan...harus gaya dong. Hehehehe...


Mesra bersama istri...santai sambil menunggu makanan yang dipesan tiba.


Nasinya udah ada...mana ikannya? Biar udah laper, harus gaya dong...hehehe...


Lomba mancing...hehehe (dapet ikannya...?)


Ibu-ibu pun ikut gaya...hehehe...



Monday 12 January 2009

MALAYSIA...Alamaaaaak...!!!


Depan Kantor Perdana Menteri Malaysia

Sebagai salah satu bagian dari mata kuliah Studio Perencanaan di Universitas Diponegoro Semarang, KKL ke luar negeri merupakan bagian penting karena akan melengkapi studi best practice studio perencanaan tersebut. Perjalanan KKL ke luar negeri kali ini adalah mengunjungi negara tetangga Malaysia dan Singapore, serta Batam (Indonesia). Berangkat menjelang siang hari dari bandara Internasional Adisumarmo-Solo, akhirnya rombongan tiba di Kuala Lumpur Malaysia pukul 11.45 WIB atau 12.45 waktu Malaysia. Dilanjutkan dengan makan siang di restoran lokal, akhirnya lepas sudah rasa lapar yang dari tadi ditahan.
Kunjungan pertama adalah kawasan kantor pemerintahan Putrajaya atau lebih dikenal dengan Perbadanan Putrajaya, Malaysia.


Depan Istana Kehakiman Malaysia

Kawasan perdana adalah adalah pusat bandar/kota Putrajaya. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah kota baru yang kompak dan mantap. Kawasan perdana Putrajaya terdiri daripada lima kawasan pusat bandar. Pembagian kawasannya adalah seperti berikut :
• Kawasan Pusat Kerajaan [ 1.030,2 ha]
• Kawasan Pusat Komersial [ 358,6 ha ]
• Kawasan Pusat Umum dan Kebudayaan [ 257,7 ha]
• Kawasan Pusat Pembangunan Campuran [ 314,5 ha ]
• Kawasan Pusat Sukan (Olahraga) dan Rekreasi [ 678,1 ha ]
Total Luas [ 3.232,5 ha ]

Setiap kawasan di Putrajaya memiliki fungsi masing-masing yang saling mendukung keberadaan tiap kawasan sehingga menjadi sebuah sistem kota yang terpadu. Hal inilah yang menjadikannya sebagai sebuah kota impian. Dilengkapi dengan infrastruktur yang lengkap dan didukung oleh teknologi yang canggih menjadikan Putrajaya sebuah kota yang nyaman untuk bekerja dan tinggal. Fasilitas-fasilitas penunjang seperti untuk olahraga, pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan rekreasi juga terdapat disana.


Menara Twin Tower-Petronas

Twin-Tower atau sering dikenal dengan nama Menara Petronas merupakan salah satu bangunan tertinggi di dunia. Merupakan kebanggaan Negara Diraja Malaysia...kapan kita punya yang seperti ini yaa...?

Sunday 11 January 2009

Kacang Goyang...makanan ringan khas Bolaang Mongondow


Mengintip Usaha Kacang Goyang Kotamobagu
Dampak krisis finansial global mulai melanda warga di seluruh dunia. Begitu juga di daerah-daerah. Sulut misalnya, mulai melanda usaha kecil menengah, terutama usaha makanan ringan. Tak terkecuali di Kotamobagu, misalnya oleh pengusaha makanan ringan kacang goyang.



Kacang Goyang dalam kemasan

Kacang goyang sebenarnya adalah murni produk lokal yang diproduksi oleh UD Serasi, UD Totabuan, Kabela, dan UPPK Berusaha, yang sentranya ada di kelurahan Motoboi Kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan.
Menariknya, usaha yang dirintis sejak 1970-an itu selain usaha keluarga juga dikelola melalui usaha lintas keluarga secara turun temurun. Mereka juga boleh berbangga karena produk asli goyangan IRT Totabuan ini bisa menembus pasar dunia, seperti di Singapura. Pemilik UD Serasi Ny Hj Rabaiyah Lobangon mengatakan, di seluruh Sulut sudah dipasarkan di swalayan, juga masuk pasar Irian Jaya, dan Kalimantan melalui jaringan kemitraan.
Menurut Robiyah, dari hasil itu mereka telah sukses menyekolahkan anak-anak hingga ke Perguruan Tinggi. Dari 6 anak mereka yang disekolahkan, ada 4 anak yang sukses meraih gelar Sarjana. Mereka juga saat ini sudah menjadi PNS dilingkup Pemkab sebagai guru dan S1-Ekonomi. “Berkat kacang goyang ini istri saya sudah bisa beribadah haji ke tanah suci. Saya nanti akan menyusul,’’ aku Rasyid Daun, suami Robiyah.
Menurut Aki Bebi–begitu Rasyid Daun disapa-dalam sehari mampu memproduksi sekitar 90 kilogram kacang goyang. Peningkatan hasil produksi ini selain karyawan yang mencapai 36 orang, juga stok kacang tanah lancar dikirim mitra kerja dengan kacang tanah kiriman dari Gorontalo, Jawa Timur, dan Makasar. Karyawan UD Serasi juga mampu memproduksi makanan ringan tambahan seperti kacang hai, slei nenas, bagea kenari, bolu panggang, dan kacang telur. Kacang goyang sendiri dijual Rp 30 ribu per kilogram, belum termasuk ongkos kirim ke daerah tujuan. ‘’Kami berharap pemerintah turut membantu dalam hal pemasaran produk. Bila perlu kemasan lebih dipercantik lagi supaya produksi kita ini makin dikenal luas,’’ katanya.
Kesulitan bukan tidak ada. Sebab, minyak tanah yang tidak lancar, juga stok kacang yang kurang di Bolmong sering jadi masalah. Itulah sebabnya, stok kacang tanah sering didatangkan dari luar daerah, dan minyak tanah diganti dengan arang tempurung atau kayu bakar.

Sumber: Manado Post, 10 Jan 2009

Sekolah lagi...



Santai pas selesai kuliah...

"Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat", adalah slogan yang memang sederhana namun mengandung makna yang sangat dalam. Slogan inilah yang menjadi motivasiku untuk sekolah lagi. Suatu kebetulan yang sangat langka karena aku ternyata diberikan kesempatan untuk sekolah lagi...apalagi dapat beasiswa. Ceritanya...saat itu aku ditawarkan oleh seorang teman untuk mengikuti tes beasiswa Pusbiktek Dep. PU. Setelah melewati rangkaian tes yang cukup menyita waktu dan pikiran...walaupun saat itu aku gak terlalu berharap lulus, mengingat banyaknya peserta saingan dan kebanyakan dari mereka sudah berkali-kali ikut namun belum berhasil. Wah apalagi aku yag baru sekali ini mengikuti tes. Teman yang menawariku juga ikut tes ini untuk yang kedua kalinya karena tahun lalu dia tidak lulus tes. Modal nekat...hehehe...gak apa kalo kali ini gak lulus pikirku hitung-hitung buat pengalaman aja. Setelah tes selesai belum ada kabar sama sekali, aku juga tidak terlalu berharap. Sampai sebulan kemudian temanku yang menawari beasiswa menghubungiku bahwa dia sudah lulus tes dan sedang mempersiapkan berkas untuk mendaftar kembali. Harap-harap cemas...pas malamnya setelah Isya.. aku ditelepon oleh panitia yang mengabarkan bahwa aku lulus tes beasiswa...Alhamdulillah. 

Sebagai seorang staf di pemerintahan kesempatan beasiswa ini sangat berarti sekali buat menambah ilmu dan bekal buat naik pangkat jika selesai sekolah nanti. Karena jika menggunakan sekolah lagi dengan menggunakan biaya sendiri darimana biaya sekolahnya...belum lagi jika sekolahnya jauh dari tempat tinggal pasti harus meikirkan biaya ekstra untuk makan dan tinggal.


Pura-pura serius saat seminar

Setelah semua berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar kembali aku dan temanku berangkat ke Bandung untuk mengikuti pendaftaran serta mengikuti kuliah umum sebelum kuliah yang sebenarnya di universitas sesuai pilihan.


Makan malam di Dodik Bela Negara, Cikole-Lembang